Jangan Bosan
Untuk bosan.
Cara tercepat menghabiskan waktu dan tak menghasilkan apa pun adalah dengan pindah dari satu hal ke hal yang lain. Lari dari satu kebosanan ke kebosanan lainnya.
James Clear dalam buku Atomic Habit, menulis: “Ancaman terbesar untuk sukses bukanlah kegagalan, melainkan rasa bosan.”
Ini berarti: kita boleh gagal tetapi dilarang bosan.
Mari simak catatan selengkapnya
= Disclaimer =
Harap luangkan waktu karena catatan ini cukup panjang.
Silahkan membaca tulisan ini secara perlahan dan menyeluruh supaya tidak salah kaprah terhadap judul dan konten yang berada di dalamnya.
Anda dapat menjadikan catatan ini sebagai rujukan, hanya selama masuk akal dan cocok bagi bisnis dan diri Anda.
Silahkan save atau share supaya tidak hilang, dapat dibaca kembali dan bisa bermanfaat bagi teman2 yang lain.
The Power of Boredom
Paling seru memang, kalau sedang berurusan dengan yang baru:
Baju baru
Rumah baru
Rambut baru
Mobil baru
Mall baru
Teman baru
Pacar baru
Istri baru, eh
Lanjut …
Hobi baru
Kantor baru
Rencana baru
Aktivitas baru
Pekerjaan baru
Jabatan baru
Project baru
Maka jangan heran jika kita suka mengerjakan sesuatu yang baru sebelum menyelesaikan yang lama; kita membeli barang yang baru sebelum yang kita punya harus diganti; kita belajar hal yang baru sebelum menguasai betul yang dipelajari sebelumnya; kita mengambil buku baru sebelum menamatkan judul yang sedang dibaca.
Kita memulai untuk kemudian menunda saat berada di tengah, berpindah-pindah dan melompat-lompat demi menghindari bagian paling sulit dan membosankan. Kita berganti profesi semudah itu, makan di luar kelewat sering, pergi ke mall kelewat rajin, nongkrong di kafe kelewat banyak dan belanja melulu.
Kita terlalu sering mengeluarkan handphone dari dalam saku untuk mengerjakan hal-hal yang tak perlu, dari memeriksa notifikasi, bermain game, chit-chat, buka youtube, scroll sosial media, kepoin orang hingga cuma sekedar menatap layar tanpa ngapa-ngapain. Kita berpikir lebih mending seperti itu tanpa ngapa-ngapain daripada sama sekali tidak ngapa-ngapain.
Kita takut merasa bosan. Kita tak ingin menjadi bosan. Dan demi pohon mangga di depan rumah, kita bahkan membencinya.
Padahal bosan itu baik
Beberapa studi mengaitkan rasa bosan dengan meningkatnya kreativitas dan produktivitas. Bosan dapat menjaga fokus, mengasah kesabaran, mengaktifkan imajinasi, memberikan inspirasi; sehingga selalu layak untuk kita hadapi.
Ada banyak contoh yang memperlihatkan jika bosan dapat merubah orang biasa menjadi luar biasa, bahkan mengalahkan yang punya otak jenius atau bertalenta sekali pun.
- Warren Buffett membaca buku “Security Analysis” dari sang guru Benjamin Graham sebanyak 12 kali-mengulanginya sampai bosan-sebelum masuk secara penuh ke dunia investasi. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca, menganalisa dan berpikir tanpa pernah memiliki televisi di kantornya yang tak berpindah gedung sejak pertama kali digunakan.
- Cristiano Ronaldo menambah porsi latihan selama 4 jam setelah jadwal latihan rutin team hampir sepanjang karirnya, nyaris tanpa pernah keluar larut malam, minum atau berpesta yang tak perlu.
- Bill Gates yang sudah kaya raya di awal karirnya punya kesempatan untuk terus liburan tetapi tidak pernah mengambil kesempatan itu.
- Mark Cuban tidak berlibur selama 7 tahun ketika memulai bisnis pertamanya.
- Elon Musk (hingga sekarang) benci liburan.
- dan seterusnya.
Di permukaan, sukses memang terlihat sebagai sesuatu yang glamor, mewah dan bahagia. Hanya masalahnya ia tidak diciptakan dalam satu malam.
Ada jalan panjang sebelum sukses itu datang: hari-hari, minggu-minggu, bulan-bulan dan tahun-tahun yang penuh dengan disiplin, komitmen, rutinitas, repetisi, persistensi dan konsistensi yang sudah pasti-pada suatu titik-akan terasa membosankan.
Kalau tak percaya simak kisah tentang orang paling sukses di dunia atau tanyakan kepada orang yang Anda anggap sukses tentang bagaimana perjuangan yang telah mereka lakukan.
Otot tidak dibentuk dengan mendaftar setahun di tempat gym paling mahal dan hanya pergi di bulan pertama dan terakhir, melainkan dari latihan rutin dan keringat setiap hari. Keahlian tidak didapat dari sekolah paling hebat, kursus paling terkenal atau buku paling langka, melainkan dari serangkaian pembelajaran, percobaan, kegagalan, evaluasi dan pengorbanan. Iman tidak dibangun dengan pergi ke rumah ibadah hanya pada saat hari raya, melainkan dari kajian yang panjang dan disiplin terus-menerus untuk singgah setiap kali tiba waktunya sembahyang.
Sesungguhnya olahragawan terhebat, penemu terkenal, komposer ternama, pembalap tercepat, manajer terhandal; semuanya telah menghabiskan banyak waktu untuk belajar, berlatih dan mencoba; menjalani serangkaian rutinitas dan senantiasa menghormati proses panjang sebelum mencapai apa yang pada akhirnya mereka raih.
Jika kita tidak bisa mencintai rasa bosan, kita tak belajar dari orang-orang sukses itu.
Bosan adalah mindset
Mengerjakan sesuatu yang bosan tidak sama dengan menjadi orang yang membosankan. Sama halnya dengan introver yang tidak berarti anti sosial atau sifat tegas yang berbeda sama sekali dengan pemarah.
Kita harus mampu membebaskan diri dari stigma yang melekat pada kebosanan dan membalikannya menjadi hal yang positif.
Bosan merupakan bagian dari proses yang sepenuhnya harus kita sadari, hadapi dan lalui.
Jika kita menghindari sesuatu karena bosan, maka kita akan segera masuk ke rasa bosan yang sama dari hal berbeda. Dan itu justru akan lebih membosankan.
Seperti lingkaran setan kalau kata Mark Manson:
Anda begitu gampang merasa bosan terhadap sesuatu. Dan fakta bahwa Anda gampang bosan membuat Anda semakin sering merasa bosan.
Akhirnya: Anda sangat bosan pada diri Anda sendiri yang selalu merasa bosan.
Jadi ketimbang mati-matian menghindarinya, selama itu Anda yakini sebagai bagian dari proses dan layak untuk diperjuangkan, mengapa tak dihadapi saja?
Berikut beberapa tips yang dapat Anda gunakan
Menghasilkan sambil jalan
Tantangan terbesar sekaligus pemicu utama untuk lekas bosan saat mengerjakan sesuatu adalah output. Bagaimana pun juga, sebagai manusia normal kita membutuhkan stimuli untuk menjaga motivasi dan energi.
Untuk mengatasinya, daripada menciptakan target super besar pada perencanaan yang Anda miliki, cobalah untuk membuat goal-goal kecil yang dapat Anda rasakan langsung saat itu selesai dilakukan. Simak penjelasan tentang ini di catatan saya sebelumnya berjudul: Jangan Fokus.
Selain itu, Anda dapat mengatasi rasa jenuh sekaligus mempercepat proses belajar (dan bekerja) dengan membagikannya kepada orang lain. Seorang filsuf terkenal Romawi, Seneca, berkata: “Saat kita mengajar, kita belajar.”
Saat membuat tulisan ini, saya sendiri sedang belajar untuk menghadapi rasa bosan. Untuk itu, saya membuat catatan tentang bagaimana cara untuk menghadapi rasa bosan. Dan selalu terbukti setiap kali jika cara ini berhasil membuat saya belajar dengan lebih cepat.
Jatuh cinta pada proses
Saat rasa bosan melanda, selalu sadari jika tidak ada yang instan di dunia ini. Belajar dari pengalaman dan kegagalan sebelumnya membuat kita jatuh cinta pada proses.
Proses adalah sesuatu yang harus ditempuh seumur hidup. Dan bosan adalah hal yang alami untuk terjadi. Yang harus kita lakukan hanyalah menghadapinya. Anda mungkin tak akan percaya dengan diri Anda sendiri bahwa ternyata Anda selalu mampu mengatasinya.
Ini juga berlaku pada anak-anak. Jika Anda memiliki anak yang mengeluh bosan, jangan buru-buru mengentaskannya. Biarkan mereka mengatasi rasa bosan itu dengan cara mereka sendiri. Anda akan terkejut dengan kreativitas yang mungkin dapat mereka lakukan. Kreativitas yang tak akan pernah terjadi saat Anda mengajaknya ke mall atau langsung menjejalkan Youtube ke wajahnya.
Selalu bersyukur. Miliki lebih sedikit, lakukan lebih banyak.
Tidak ada hal yang lebih mudah, murah dan powerful daripada bersyukur setiap hari. Hanya dengan mensyukuri apa yang sudah kita punya, kita dapat tidur lebih nyenyak, menjadi lebih bersemangat dan lebih sehat.
Bersyukur dapat membuat seseorang menjadi lebih bijaksana dan menjauhi gaya hidup materialistis dimana kita akan melakukan lebih banyak pada sedikit hal yang kita miliki.
Ini adalah pelajaran penting untuk menjadi orang yang lebih fokus, sederhana dan bahagia.
Hargai rutinitas, mulai dari yang paling mudah
Repetisi adalah koenci. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya diatas, kita tak akan menghasilkan apa pun dengan hanya sekali melakukan dan sekali mencoba, lalu berhenti. Diperlukan rangkaian proses bernama rutinitas yang senantiasa harus dipelihara untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Bagian ini akan membedakan pemenang dan pecundang. Pro dan amatiran.
Cara paling mudah adalah dengan membiasakannya setiap pagi, setiap hari, dari tempat kita bangun dengan merapikan tempat tidur sendiri.
Sebagai penutup, berikut adalah penggalan transkrip dari sebuah video berjudul “If You Want to Change the World, Start Off by Making Your Bed” dari William McRaven, US Navy Admiral:
“Jika Anda ingin merubah dunia, mulailah dengan merapikan tempat tidur Anda.
Jika Anda merapikannya setiap pagi, Anda menyelesaikan tugas pertama pada hari itu yang akan memberikan sedikit rasa bangga. Ini akan mendorong Anda untuk mengerjakan tugas lainnya dan tugas berikutnya dan berikutnya, hingga di akhir hari Anda akan menyelesaikan banyak tugas yang perlu diselesaikan.
Merapikan tempat tidur juga memperkuat fakta jika hal-hal kecil dalam kehidupan merupakan sesuatu yang penting. Jika Anda tidak dapat mengerjakan hal kecil dengan benar, Anda tak akan pernah mengerjakan hal yang lebih besar dengan benar.
Dan seandainya Anda mengalami hari yang buruk, setidaknya Anda masih disambut oleh tempat tidur yang sudah rapi saat pulang.
Yang Anda rapikan sendiri.”
Jadi ingat-ingatlah ini, lain kali saat badai menerpa, rasa bosan yang terlalu itu datang kembali, di jalan menuju sukses yang Anda yakini, apa pun itu, sementara Anda tak mau menghadapinya, hanya ada 2 jawaban untuk ini:
Pertama, Anda memang tidak dilahirkan untuk mencapainya atau Kedua, Anda mungkin tidak benar-benar menginginkannya.
Originally published at https://riantoastono.com.